Sabtu, 19 November 2016

atraktor cumi-cumi

BAB I.
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pemanfaatan berkelanjutan suatu sumber daya harus mencakup tiga hal, yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial.  Pengelolaan perikanan pada tahap awal ketika stok masih melimpah bertujuan pada pengembangan kegiatan eksploitasi sumber daya untuk memaksimumkan produksi dan produktivitas. Pada tahap selanjutnya ketika pemanfaatan sumberdaya ikan meningkat sehingga kelestarian stok ikan mulai terganggu, pengelolaan sumber daya perikanan biasanya mulai memerhatikan unsur sosial (keadilan) dan lingkungan agar pemanfaatan sumberdaya tersebut dapat berkelanjutan.  Strategi yang diterapkan pada tahap ini umumnya bertujuan untuk konservasi.
Cumi-cumi adalah salah satu sumberdaya hayati laut yang bernilai ekonomis penting. Ketersedian cumi-cumi sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi saat ini hanya mengandalkan penangkapan dari alam, sedangkan alam mempunyai keterbatasan daya dukung  akibat adanya tekanan penangkapan yang tak terkendali dan pencemaran lingkungan laut. Salah satu upaya menjaga ketersediaan cumi-cumi di alam adalah dengan menyiapkan atraktor cumi-cumi atau rumpon tempat memijah pada waktu tertentu sekaligus sebagai fishing ground.
Pada umumnya cumi-cumi ditemukan pada daerah pantai dan paparan benua hingga kedalaman 400 meter.  Kebiasaan cumi-cumi pada saat akan memijah bermigrasi ke daerah pantai dan dilakukan secara bergerombol (Hanlon, et.al.  2004 dan Tallo, 2006).   Migrasi harian cumi-cumi dipengaruhi  oleh kehadiran predator dan penyebaran  makanan.  Siang hari biasanya berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam hari, Roper, et. Al. (1984)  dalam Tallo (2006), dan Downey, et.al. (2010).
Kebiasaan lain dari organisme ini dikemukanan oleh Brandt (1984) dan Tulak (1999) bahwa cumi-cumi biasanya memilih kedalaman dan berbagai tipe substrat untuk menempelkan telurnya.  Adapun tipe substrat yang dimaksud seperti rumput laut, lamun, sponge, batu-batuan, karang, bubu bambu, daun kelapa, pipa PVC, tali maupun keranjang plastik. Letak pemasangan substrat yang dipilih adalah pada tempat yang agak samar  dan tersembunyi.  Lebih lanjut dijelaskan Baskoro (2007) bahwa cumi-cumi menempelkan telurnya di atraktor cumi-cumi pada  kedalaman 4–7 meter.  Aras (2008) telah melakukan penelitian tentang penggunaan rumpon/atraktor sebagai tempat bertelurnya cumi-cumi. Diperoleh hasil bahwa terdapat banyak telur cumi-cumi menempel pada rumpon setelah  dipasang   selama 22–28 hari pada kedalaman 5 - 7 meter. Beberapa hasil penelitian yang terkait, menunjukkan signifikansi atraktor cumi-cumi dengan pelekatan telur.
Atraktor cumi-cumi adalah suatu teknologi tepat guna yang dapat dikembangkan untuk  meningkatkan dan mempertahankan sumberdaya cumi-cumi dan tidak merusak lingkungan serta berkelanjutan pada suatu perairan.  Fungsi dari atraktor cumi-cumi tersebut  sebagai tempat menempelkan telurnya, sampai akhirnya telur-telur tersebut menetas.  Tingkat keberhasil atraktor dalam  menetaskan  telur  adalah 85% (Baskoro, 2007).  Hingga saat ini penggunaan atraktor  untuk  menarik  cumi-cumi  menempelkan  telurnya  belum  banyak dilakukan (Tallo, 2006).  Penelitian sebelumnya menunjukkan uji coba pemasangan atraktor cumi-cumi menemukan telur cumi-cumi pada kedalam 5 dan 7 meter di Pulau Pute Anging Kabupaten Barru.
Pulau Pute Anging adalah salah satu pulau yang masuk dalam wilayah Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru.  Letaknya berada di Selat Makassar dan di pesisir barat Kabupaten Barru.  Pulau ini tidak luas, jumlah penduduk sekitar 400 jiwa atau sekitar 100 kepala keluarga. Sebagian besar mata pencahariaan penduduknya sebagai nelayan. Umumnya alat penangkap ikan yang digunakan antara lain; jaring insang, purse seine, pancing, dan bubu (Badan Statistik Barru, 2009).  Hasil tangkapan khususnya cumi-cumi setiap keluarga nelayan rata-rata sepuluh kilogram per bulan.
Pemasangan atraktor atau rumpon cumi-cumi di sekitar Pulau Pute Anging dapat dikembangkan dengan tujuan utama yaitu memperkaya sumberdaya cumi-cumi di kawasan perairan tersebut.  Hal ini dikarenakan atraktor tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung, mencari makan sekaligus sebagai tempat cumi-cumi melekatkan telurnya.  Tentunya dengan kondisi yang kondusif tersebut menjadi peluang dan harapan untuk mendapatkan hasil tangkapan cumi-cumi yang lebih banyak tanpa merusak lingkungan.  Manfaat lain dengan adanya atraktor cumi-cumi dapat menjadi daerah yang menarik untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata pantai, misalnya kegiatan penyelaman dan pemancingan serta alih teknologi yang mudah kepada masyarakat dengan tetap memerhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Diharapkan dengan adanya kegiatan  pemasangan atraktor cumi-cumi dapat meningkatkan jumlah hasil tangkapan nelayan.  Pemasangan atraktor dapat dilakukan secara berkesinambungan oleh masyarakat.
Berdasarkan analisis di atas, penelitian ini diarahkan untuk meneliti substrat atau media penempelan telur pada atraktor yang disukai cumi-cumi yang pada saat ini belum banyak dikaji, Substrat atau media ini merupakan komponen yang penting dalam sebuah atraktor cumi-cumi. (http://www.kp3k.dkp.go.id/ttg/detail-dttg/109/atraktor-cumi-cumi)
B. Rumusan Masalah
1. Di alam, cumi-cumi  menempelkan telurnya pada berbagai substrat  saat akan menempelkan telurnya,  tergantung  benda yang ditemui  pada saat  itu,  namun belum diketahui/dipahami struktur/jenis media yang bagaimana yang lebih disukai dan terbatasnya informasi dalam mengungkap fenomena ini ?.
2. Fenomena perilaku cumi-cumi dalam menempelkan/melekatkan telurnya belum banyak diungkap secara detail, baik terhadap durasi waktu penempelan maupun banyaknya koloni telur yang ditempelkan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang kajian disain atraktor  terhadap tingkah laku cumi-cumi dalam pelekatan telur pada substrat yang berbeda di perairan Pulau Pute Anging Kab.Barru  bertujuan :
1. Menentukan efektifitas desain atraktor cumi-cumi berdasarkan jenis media pelekatan telur.
2. Mendeskripsikan  fenomena tingkah laku cumi-cumi dalam pelekatan telurnya pada substrat yang berbeda berdasarkan frekuensi pada substrat, durasi waktu pelekatan telur dan jumlah koloni telur yang dilekatkan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Merekomendasikan desaian atraktor cumi-cumi berdasarkan jenis substrat yang efektif kepada para nelayan dan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya cumi-cumi berkelanjutan.
2. Memberikan pemahaman kepada nelayan dan Dinas Perikanan Kelautan tentang pentingnya menciptakan daerah pemijahan cumi-cumi yang potensial dan berkelanjutan di daerah pantai yang berkontribusi sebagai fishing ground cumi-cumi yang optimal.
E. Definisi Operasional.
1. Substrat adalah media yang dipergunakan oleh cumi-cumi untuk menempelkan telurnya.
2. Koloni telur adalah kumpulan polong-polong telur cumi-cumi pada substrat, biasanya dlakukan sekali pemijahan
3. Polong telur adalah telur cumi-cumi yang berwarna transparan, terbungkus oleh zat gelatin dan terdiri dari 1 sampai 5 kapsul telur.
4. Kapsul telur adalah telur cumi-cumi yang terdiri dari satu bakal induvidu baru.
5. Frame rope adalah bingkai atraktor cumi-cumi yang berbentuk kotak dengan ukuran tertentu yang mempunyai 12 rusuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar